Assalamualaikum
Sabtu, 12 Oktober 2013
In:
My Assignment
Makalah Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Bab I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu persoalan penting dalam
pengelolaan sumber daya manusia (dalam tulisan ini disebut juga dengan istilah
pegawai) dalam organisasi adalah evaluasi kinerja pegawai dan pemberian
kompensasi. Ketidak tepatan dalam melakukan evaluasi kinerja akan berdampak
pada pemberian kompensasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku dan
sikap karyawan, karyawan akan merasa tidak puas dengan kompensasi yang didapat
sehingga akan berdampak terbalik pada kinerja pegawai yang menurun dan bahkan
karyawan akan mencoba mencari pekerjaan lain yang memberi kompensasi baik.
Hal
ini cukup berbahaya bagi perusahaan apabila pesaing merekrut atau membajak
karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena dapat membocorkan rahasia
perusahaan atau organisasi.
Kompensasi dapat mempengaruhi keputusan
mereka untuk melamar sebuah pekerjaan, tetap bersama perusahaan, atau bekerja
lebih produktif. Jika dikelola secara pantas, gaji dapat menyebabkan karyawan
mengurangi upaya mereka untuk mencari pekerjaan alternatif. kompensasi
mempengaruhi sikap dan perilaku kerja karyawan ini adalah alasan yang mendorong
untuk memastikan bahwa sistem gaji dirancang dan dilaksanakan secara wajar dan
adil. Evaluasi kinerja pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kadar profesionalisme karyawan serta seberapa tepat pegawai telah menjalankan
fungsinya. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menilai dan mencari jenis
perlakuan yang tepat sehingga karyawan dapat berkembang lebih cepat sesuai
dengan harapan. Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan.
Tidak sedikit di perusahaan-perusahaan swasta
maupun negeri yang melakukan evaluasi kinerja pegawai tidak tepat, tidak sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada, pada akhirnya akan berdampak pada
pemberian kompensasi. Oleh karena itu, banyak para karyawan yang kinerjanya
menurun dan pada akhirnya harus mengundurkan diri karena kompensasi yang tidak
sesuai. Dengan
adanya kasus seperti inilah bagi instansi pemerintahan, maupun perusahaan
swasta, evaluasi kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas,
efisiensi perubahan, motivasi para aparatur serta melakukan pengawasan dan
perbaikan. Kinerja aparatur yang optimal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
produktivitas dan menjaga kelangsungan hidup instansi ini. Setiap instansi
tidak akan pernah luput dari hal pemberian balas jasa atau kompensasi yang
merupakan salah satu masalah penting dalam menciptakan motivasi kerja aparatur,
karena untuk meningkatkan kinerja aparatur dibutuhkan pemenuhan kompensasi
untuk mendukung motivasi para aparatur. Dengan terbentuknya motivasi yang kuat,
maka akan dapat membuahkan hasil atau kinerja yang baik sekaligus berkualitas
dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah di uraikan di atas, rumusan masalah makalah adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang
dimaksud evaluasi kinerja dan kompensasi?
2.
Aspek-aspek apa sajakah yang dinilai
dalam evaluasi kinerja?
3.
Apakah
tujuan dari evaluasi kinerja dan kompensasi?
4.
Apakah
kegunaan evaluasi kinerja?
5.
Apa saja
metode yang digunakan dalam evaluasi kinerja?
6.
Bagaimana jenis-jenis dan elemen
dalam penilaian kinerja?
7.
Apa macam - macam / jenis - jenis
Kompensasi yang diberikan pada pegawai?
8.
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi?
9.
Apa hubungan
antara Evaluasi kinerja dan kompensasi?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pengertian evaluasi kinerja dan kompensasi
2.
Untuk mengetahui aspek-aspek yang
dinilai dalam evaluasi kinerja
3.
Untuk mengetahui
tujuan dan kegunaan evaluasi kinerja dan kompensasi
4.
Untuk mengetahui jenis-jenis dan
elemen penilaian kinerja
5.
Untuk mengetahui metode yang
digunakan dalam evaluasi kinerja.
6.
Untuk mengetahui Jenis-jenis dan
elemen dalam penilaian kinerja.
7.
Untuk mengetahui
macam-macam/jenis kompensasi yang diberikan pada pegawai atau karyawan.
8.
Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kompensasi.
9.
Untuk
mngetahui hubungan Evaluasi kinerja dengan kompensasi.
D. Manfaat
Dari hasil kajian yang telah di laksanakan
oleh penulis, maka penulis berharap untuk memberikan manfaat bagi proses
evaluasi kinerja, penetapan, fungsi dan tujuan adanya kompensi bagi
pegawai/karyawan.
BAB
II
PEMBAHASAN
EVALUASI KINERJA
I.
DEFENISI EVALUASI KINERJA
GT. Milkovich dan Bourdreau mengungkapkan bahwa
evaluasi/penilaian kinerja adalah suatu proses yang dilakukan dalam rangka
menilai kinerja pegawai, sedangkan kinerja pegawai diartikan sebagai suatu
tingkatan dimana karyawan memenuhi/mencapai persyaratan kerja yang ditentukan.
Definisi yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Payaman
Simanjuntak (2005:105) yang menyatakan evaluasi kinerja adalah penilaian
pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau unit kerja
organisasi atau perusahaan. Dengan demikian, evaluasi kinerja dapat dikatakan
sebagai suatu sistem dan cara penilaian pencapaian hasil kerja individu
pegawai, unit kerja maupun organisasi secara keseluruhan.
II.
ASPEK YANG DINILAI DALAM EVALUASI KINERJA
Aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi
kinerja adalah sebagai berikut :
1.
Kemampuan Teknis
Yaitu kemampuan menggunakan
pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan
tugas serta pengalaman serta pelatihan yang diperoleh.
2.
Kemampuan Konseptual
Yaitu kemampuan untuk memahami
kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke
dalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya
individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai
seorang karyawan.
3.
Kemampuan Hubungan Interpersonal
Yaitu antara lain untuk bekerja sama dengan
orang lain, memotivasi karyawan / rekan, melakukan negosiasi dan lain-lain.
III. TUJUAN
EVALUASI KINERJA
Suatu perusahaan
melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan pokok, yaitu :
1.
Manajer
memerlukan evaluasi yang obyektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang
digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan datang ; dan
2.
Manajer
memerlukan alat yang memungkinan untuk membantu karyawan memperbaiki kinerja,
merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk
perkembangan karir dan memperkuat hubungan antara manajer yang bersangkutan
dengan karyawannya.
Tujuan dari evaluasi kinerja menurut
Mangkunegara (2005:10) adalah untuk :
1.
Meningkatkan
saling pengertian di antara karyawan tentang persyaratan kinerja
2.
Mencatat dan
mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk
berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan
prestasi yang terdahulu
3.
Memberikan
peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan
meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang diembannya
sekarang
4.
Mendefinisikan
atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk
berprestasi sesuai potensinya
5.
Memeriksa
rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan,
khususnya rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada
hal-hal yang ingin diubah.
Dalam cakupan yang lebih umum, Payaman
Simanjuntak (2005:106) menyatakan bahwa tujuan dari evaluasi kinerja adalah
untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan, terutama bila terjadi
kelambatan atau penyimpangan.
Bila terjadi kelambatan,
harus segera dicari penyebabnya diupayakan mengatasinya dan dilakukan
percepatan. Demikian pula bila terjadi penyimpangan harus segera dicari
penyebabnya untuk diatasi dan diluruskan atau diperbaiki sehingga dapat menjadi
sasaran dan tujuan sebagaimana direncanakan semula.
IV. KEGUNAAN
EVALUASI KINERJA
Kegunaan dari evaluasi
kinerja SDM menurut Mangkunegara (2005:11) adalah :
1.
Sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan yang digunakan untuk prestasi, pemberhentian dan besarnya balas jasa
2.
Untuk mengukur sejauh mana
seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya
3.
Sebagai
dasar mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan
4.
Sebagai
dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode
kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan pengawasan
5.
Sebagai indikator untuk
menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang ada di dalam organisasi
6.
Sebagai
kriteria menentukan, seleksi, dan penempatan karyawan
7.
Sebagai alat
memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan
8.
Sebagai dasar untuk memperbaiki
atau mengembangkan uraian tugas (job description)
Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) menyatakan bahwa
manfaat evaluasi kinerja (EK) adalah sebagai berikut :
1.
Peningkatan Kinerja. Terutama
bila hasil EK menunjukkan kinerja seseorang rendah atau dibawah standar yang
telah ditetapkan, maka orang yang
bersangkutan dan atasannya akan segera membuat segala upaya untuk meningkatkan kinerja tersebut, misalnya
dengan bekerja lebih keras dan tekun. Untuk itu, setiap pekerja perlu menyadari
dan memiliki.
2.
Kemampuan tertentu sebagai dasar
untuk mengembangkan diri lebih lanjut.
3.
Keinginan untuk terus belajar dan
meningkatkan kemampuan kerja.
4.
Sikap
tertarik pada pekerjaan dan etos kerja yang tinggi.
5.
Keyakinan untuk berhasil.
6.
Pengembangan
SDM , Evaluasi Kinerja sekaligus mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan setiap
individu, serta potensi yang dimilikinya. Dengan demikian manajemen dan
individu dimaksud dapat mengoptimalkan pemanfaatan keunggulan dan potensi
individu yang bersangkutan, serta mengatasi dan mengkompensasi kelemahan - kelemahannya melalui program pelatihan.
Manajemen dan individu, baik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau
organisasi, maupun dalam rangka pengembangan
karier mereka masing-masing.
7.
Pemberian
Kompensasi. Melalui evaluasi kinerja individu, dapat diketahui siapa yang
memberikan kontribusi kecil dalam pencapaian hasil akhir organisasi atau perusahaan. Pemberian imbalan
atau kompensasi yang adil haruslah didasarkan kepada kinerja atau kontribusi
setiap orang kepada perusahaan. Pekerja yang menampilkan evaluasi kinerja yang
tinggi patut diberi kompensasi, antara
lain berupa: pemberian penghargaan dan atau uang, pemberian bonus yang lebih
besar daripada pekerja lain, dan atau percepatan kenaikan pangkat dan gaji.
8.
Program
Peningkatan Produktivitas. Dengan mengetahui kinerja masing-masing individu,
kekuatan dan kelemahan masing-masing serta potensi yang mereka miliki manajemen
dapat menyusun program peningkatan produktivitas perusahaan.
9.
Program
Kepegawaian. Hasil evaluasi kinerja sangat bermanfaat untuk menyusun
program-program kepegawaian, termasuk promosi, rotasi dan mutasi, serta
perencanaan karier pegawai.
10.
Menghindari
Perlakuan Diskriminasi. Evaluasi kinerja dapat menghindari perlakuan
diskriminasi dan kolusi, karena setiap tindakan kepegawaian akan
didasarkan kepada kriteria obyektif,
yaitu hasil evaluasi kinerja.
V. METODE
EVALUASI KINERJA
Seperti yang dikemukakan oleh Mondy dan Noe dalam Mutiara
S. Panggabean (2004, h. 68), metode evaluasi kinerja terdiri dari :
a.
Skala Peringkat (rating scale)
b.
Insiden Kritis (critical
inscidents)
c.
Esai (essay)
d.
Standar Kerja (works Standard)
e.
Peringkat (ranking)
f.
Distribusi yang Dipaksakan
(forced distribution)
g.
Pilihan yang Dipaksakan dan
Laporan Kinerja Tertimbang (forced-choiced and weighted checklist performance
report)
h.
Skala Jangkar Perilaku
(behaviorally anchored scale)
i.
Pendekatan Manajemen melalui
Sasaran (management by objectives).
Evaluasi kinerja
organisasi pada umumnya dilakukan bersifat tahunan sehingga dapat memperoleh
gambaran kinerja organisasi selama satu tahun. Penilaian kinerja organisasi
sebenarnya dapat dilakukan setiap saat dipandang perlu, berdasarkan waktu
secara periodik seperti bulanan, triwulan, atau tengah tahunan. Namun,
penilaian tersebut dinamakan evaluasi apabila dilakukan di akhir tahun sehingga
dapat diperoleh gambaran menyeluruh kinerja organisasi.
Menurut Robbins dalam Wibowo (2007,h 364) merupakan beberapa
metode yang dapat dipergunakan tentang mengevaluasi kinerja karyawan. Teknik yang dapat dipergunakan dalam evaluasi individu
adalah sebagai berikut:
a.
Written Essays
Teknik ini memberikan evaluasi kerja dengan
cara mendeskripsikan apa yang menjadi penilaian terhadap kinerja individu, tim
maupun organisasi.
b.
Critical
Incidents
Teknik ini mengevaluasi
perilaku yang menjadi kunci dalam membuat perbedaan antara menjalankan
pekerjaan secara efektif dengan tidak efektif.
c.
Graphic
Rating Scales
Teknik ini merupakan metode evaluasi di mana evaluator
memperingkat faktor kinerja dalam skala inkermental.
d.
Behaviorally Anchored Rating
Scales
Teknik ini merupakan pendekatan
skala yang mengkombinasi elemen utama dari critikal incident dan graphic
ranting scale. Penilai memeringkat pekerja berdasarkan butir-butir sepanjang
kontinum, tetapi titiknya adalah contoh prilaku aktual pada pekerjaan tertentu
daripada deskripsi umum atau sifat.
e.
Group Order
Ranking
Teknik ini merupakan metode evaluasi
yang menempatkan pekerja dari terbaik ke terburuk.
f.
Individual Ranking
Teknik ini merupakan metode evaluasi
yang menyusun/rank-order pekerja dari terbaik ke terburuk.
g.
Paired
Comparison
Teknik ini merupakan metode evaluasi
yang membandingkan masing-masing pekerja dengan setiap pekerja lain dan
menyusun peringkat berdasarkan pada jumlah nilai supervisor yang dicapai
pekerja.
VI. JENIS/ELEMEN
PENILAIAN KINERJA
Penilaian kinerja yang
baik adalah yang mampu untuk menciptakan gambaran yang tepat mengenai kinerja
pegawai yang dinilai. Penilaian tidak hanya ditujukan untuk menilai dan
memperbaiki kinerja yang buruk, namun juga untuk mendorong para pegawai untuk
bekerja lebih baik lagi. Berkaitan dengan hal ini, penilaian kinerja
membutuhkan standar pengukuran, cara penilaian dan analisa data hasil
pengukuran, serta tindak lanjut atas hasil pengukuran. Elemen-elemen utama dalam sistem penilaian kinerja Werther
dan Davis (1996:344) adalah:
1.
Performance Standard
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun standar penilaian kinerja yang baik dan benar yaitu
a)
Validity adalah keabsahan standar
tersebut sesuai dengan jenis pekerjaan yang dinilai. Keabsahan yang dimaksud di
sini adalah standar tersebut memang benar-benar sesuai atau relevan dengan
jenis pekerjaan yang akan dinilai tersebut.
b)
Agreement berarti persetujuan,
yaitu standar penilaian tersebut disetujui dan diterima oleh semua pegawai yang
akan mendapat penilaian. Ini berkaitan dengan prinsip validity di atas.
c)
Realism berarti standar penilaian
tersebut bersifat realistis, dapat dicapai oleh para pegawai dan sesuai dengan
kemampuan pegawai.
d)
Objectivity berarti standar
tersebut bersifat obyektif, yaitu adil, mampu mencerminkan keadaan yang
sebenarnya tanpa menambah atau mengurangi kenyataan dan sulit untuk dipengaruhi
oleh bias -bias penilai.
2.
Kriteria
Manajemen Kinerja
Kriteria penilaian
kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi, yaitu
a)
Kegunaan
fungsional (functional utility),
bersifat krusial, karena hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk
melakukan seleksi, kompensasi, dan pengembangan pegawai, maka hasil penilaian
kinerja harus valid, adil, dan berguna sehingga dapat diterima oleh pengambil
keputusan.
b)
Valid
(validity) atau mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur dari penilaian
kinerja tersebut.
c)
Bersifat
empiris (empirical base), bukan berdasarkan perasaan semata.
d)
Sensitivitas
kriteria. Kriteria itu menunjukkan hasil yang relevan saja, yaitu kinerja,
bukan hal-hal lainnya yang tidak berhubungan dengan kinerja.
e)
Sistematika
kriteria (systematic development),. Hal ini tergantung dari kebutuhan
organisasi dan lingkungan organisasi. Kriteria yang sistematis tidak selalu
baik. Organisasi yang berada pada lingkungan yang cepat berubah mungkin justru
lebih baik menggunakan kriteria yang kurang sistematis untuk cepat menyesuaikan
diri dan begitu juga sebaliknya.
f)
Kelayakan hukum (legal
appropriateness) yaitu kriteria itu harus sesuai dengan hukum yang berlaku.
3.
Pengukuran Kinerja (Performance
Measures)
Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem penilaian (rating) yang relevan. Rating tersebut harus mudah
digunakan sesuai dengan yang akan diukur, dan mencerminkan hal-hal yang memang
menentukan kinerja Werther dan Davis (1996:346). Pengukuran kinerja dapat
bersifat subyektif atau obyektif . Jenis-jenis penilaian adalah sebagai berikut
:
1)
Penilaian
hanya oleh atasan
a.
cepat dan
langsung
b.
dapat
mengarah ke distorsi karena pertimbangan-pertimbangan pribadi.
2)
Penilaian
oleh kelompok lini : atasan dan atasannya lagi bersama – sama membahas kinerja
dari bawahannya yang dinilai.
a.
obyektifitas
lebih lebih akurat dibandingkan kalau hanya oleh atasannya sendiri.
b.
Individu
yang dinilai tinggi dapat mendominasi penilaian.
3)
Penilaian
oleh kelompok staf : atasan meminta satu atau lebih individu untuk
bermusyawarah dengannya; atasan langsung yang membuat keputusan akhir.
4)
Penilaian
melalui keputusan komite : sama seperti pada pola sebelumnya kecuali
bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi mengambil keputusan akhir;
hasil didasarkan pada pilihan mayoritas.
5)
Penilaian
berdasarkan peninjauan lapangan : sama sepeti kelompok staf , namun melibatkan
wakil dari pimpinan pengembangan atau departemen SDM yang bertindak sebagai
peninjau independen
6)
Penilaian
yang dilakukan oleh bawahan dan sejawat.
4.
Tantangan
dalam Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja harus
bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau metode penilaian yang dilakukan
oleh pihak manajemen harus adil, realistis, valid, dan relevan dengan jenis
pekerjaan yang akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak hanya berkaitan
dengan masalah prestasi semata, namun juga menyangkut masalah gaji, hubungan
kerja, promosi/demosi, dan penempatan pegawai. Adapun
bias-bias yang sering muncul menurut Werther dan Davis (1996:348) adalah:
a)
Hallo Effect, terjadi karena
penilai menyukai atau tidak menyukai sifat pegawai yang dinilainya. Oleh karena
itu, pegawai yang disukai oleh penilai cenderung akan memperoleh nilai positif
pada semua aspek penilaian, dan begitu pula sebaliknya, seorang pegawai yang
tidak disukai akan mendapatkan nilai negatif pada semua aspek penilaian;
b)
Liniency and Severity Effect.
Liniency effectialah penilai cenderung beranggapan bahwa mereka harus berlaku baik
terhadap pegawai, sehingga mereka cenderung memberi nilai yang baik terhadap
semua aspek penilaian. Sedangkan severity effect ialah penilai cenderung
mempunyai falsafah dan pandangan yang sebaliknya terhadap pegawai sehingga
cenderung akan memberikan nilai yang buruk;
c)
Central
tendency,yaitu penilai tidak ingin menilai terlalu tinggi dan juga tidak
terlalu rendah kepada bawahannya (selalu berada di tengah-tengah). Toleransi penilai yang terlalu berlebihan tersebut
menjadikan penilai cenderung memberikan penilaian dengan nilai yang rata-rata.
d)
Assimilation and differential
effect. Assimilation effect,yaitu penilai cenderung menyukai pegawai yang
mempunyai ciri-ciri atau sifat seperti mereka, sehingga akan memberikan nilai
yang lebih baik dibandingkan dengan pegawai yang tidak memiliki kesamaan sifat
dan ciri-ciri dengannya. Sedangkan differential effect,yaitu penilai cenderung
menyukai pegawai yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang tidak ada pada
dirinya, tapi sifat-sifat itulah yang mereka inginkan, sehingga penilai akan
memberinya nilai yang lebih baik dibanding yang lainnya;
e)
First impression error,yaitu
penilai yang mengambil kesimpulan tentang pegawai berdasarkan kontak pertama
mereka dan cenderung akan membawa kesan-kesan ini dalam penilaiannya hingga
jangka waktu yang lama;
f)
Recency effect,penilai cenderung
memberikan nilai atas dasar perilaku yang baru saja mereka saksikan, dan
melupakan perilaku yang lalu selama suatu jangka waktu tertentu.
5.
Pelaku Evaluasi Kinerja
Yang melakukan evaluasi kinerja karyawan biasanya adalah
atasan langsung. Evaluasi kinerja unit atau bagian organisasi adalah kepala
unit itu sendiri. Alas an langsung pada umumnya mempunyai kesempatan dan akses
yang luas untuk mengamati dan menilai prestasi kerja bawahannya. Namun, penilaian
oleh atasan langsung sering dianggap kurang objektif.
Setiap
pekerja atau karyawan pada dasarnya merupakan orang yang paling mengetahui apa
yang di lakukannya sendiri. Oleh sebab itu, masing-masing individu dapat
diminta mengevaluasi kinerjanya sendiri, baik secara tidak langsung melalui
laporan, maupun secara langsung melalui permintaan dan petunjuk. Setiap
individu melaporkan hasil yang dicapai dan mengemukakan alas an-alasan bila
tidak mampu mencapai hasil yang ditargetkan. Untuk lebih menjamin objektifitas
penilaian, perusahaan atau organisasi dapat pula membentuk tim evaluasi kinerja
yang dianggap dapat objektif baik untuk mengevaluasi kinerja individu maupun
mengevaluasi kinerja kelompok dan unit atau bagian organisasi.
6.
Waktu Pelaksanaan
Evaluasi kinerja dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan
atau menurut kondisi pekerjaan atau kondisi perusahaan. Pertama, bagi pekerjaan
yang bersifat sementara atau harus diselesaikan dalam waktu yang relative
pendek, evaluasi kinerja dilakukan menjelang atau segera setelah pekerjaan itu
diselesaikan. Kedua, untuk pekerjaan dalam jangka lama, seperti unit-unit dalam
perusahaan atau organisasi, evaluasi kinerja dilakukan secara rutin periodik.
Evaluasi tersebut dapat dilakukan setiap akhir minggu, setiap akhir kuartal,
setiap akhir semester atau setiap akhir tahun.
Ketiga, evaluasi kinerja dapat dilakukan secara khusus
pada saat tertentu bila dirasakan timbul masalah atau penyimpangan sehingga
perlu melakukan tindakan korektif. Keempat, evaluasi kinerja diperlukan untuk
atau dalam rangka program organisasi dan kepegawaian, seperti identifikasi
kebutuhan latihan, perencanaan karir, pemberian penghargaan, rotasi dan
promosi, penyusunan skala upah, analisi jabatan, dll.
BAB III
KOMPENSASI
I. DEFENISI KOMPENSASI
Menurut Gary Dessler (1997,h.85),
kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan
kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu.
Kompensasi
adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja karyawan
tersebut pada organisasi. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan
fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan
individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian.
Kompensasi
merupakan biaya utama atas keahlian atau pekerjaan dan kesetiaan dalam bisnis
perusahaan pada abad ke-21 ini. Perusahaan dalam memberikan kompensasi kepada
para pekerja terlebih dahulu melakukan penghitungan kinerja dengan membuat
sistem penilaian kinerja yang adil. Sistem tersebut umumnya berisi kriteria
penilaian setiap pegawai yang ada misalnya mulai dari jumlah pekerjaan yang
bisa diselesaikan, kecepatan kerja, komunikasi dengan pekerja lain, perilaku,
pengetahuan atas pekerjaan, dan lain sebagainya.
Para karyawan
mungkin akan menghitung-hitung kinerja dan pengorbanan dirinya dengan
kompensasi yang diterima. Apabila karyawan merasa tidak puas dengan kompensasi
yang didapat, maka dia dapat mencoba mencari pekerjaan lain yang memberi
kompensasi lebih baik. Hal itu cukup berbahaya bagi perusahaan apabila pesaing
merekrut / membajak karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena dapat
membocorkan rahasia perusahaan / organisasi.
Kompensasi
yang baik akan memberi beberapa efek positif pada organisasi/perusahaan sebagai
berikut di bawah ini:
a. Mendapatkan karyawan berkualitas baik.
b. Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang.
c. Memikat pelamar kerja berkualitas dari lowongan kerja yang ada.
d. Mudah dalam pelaksanaan dalam administrasi maupun aspek hukumnya.
e. Memiliki keunggulan lebih dari pesaing / kompetitor.
a. Mendapatkan karyawan berkualitas baik.
b. Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang.
c. Memikat pelamar kerja berkualitas dari lowongan kerja yang ada.
d. Mudah dalam pelaksanaan dalam administrasi maupun aspek hukumnya.
e. Memiliki keunggulan lebih dari pesaing / kompetitor.
II.
TUJUAN KOMPENSASI
Secara umum
tujuan kompensasi adalah untuk membantu perusahaan mencapai tujuan keberhasilan
strategi perusahaan dan menjamin terciptanya keadilan internal dan ekternal.
Keadilan eksternal menjamin bahwa pekerjaan-pekerjaan akan dikompensasi secara
adil dengan membandingkan pekerjaan yang sama di pasar kerja. Kadang-kadang
tujuan ini bisa menimbulkan konflik satu sama lainnya, dan trade-offs harus
terjadi. Misalnya, untuk mempertahankan karyawan dan menjamin keadilan, hasil
analisis upah dan gaji merekomendasikan pembayaran jumlah yang sama untuk
pekerjaan-pekerjaan yang sama. Akan tetapi, perekrut pekerja mungkin
menginginkan untuk menawarkan upah tidak seperti biasanya, yaitu upah yang
tinggi untuk menarik pekerja yang berkualitas. Maka terjadilah trade-offs antara
tujuan rekrutmen dan konsistensi tujuan dari manajemen kompensasi. Tujuan
manajemen kompensasi efektif, meliputi:
a.
Memperoleh SDM yang
Berkualitas
Kompensasi yang cukup tinggi sangat
dibutuhkan untuk memberi daya tarik kepada para pelamar. Tingkat pembayaran
harus responsif terhadap penawaran dan permintaan pasar kerja karena para
pengusaha berkompetisi untuk mendapatkan karyawan yang diharapkan.
b.
Mempertahankan Karyawan
yang Ada
Para karyawan dapatkeluar jika
besaran kompensasi tidak kompetitif dan akibatnya akan menimbulkan perputaran
karyawan yang semakin tinggi.
c.
Menjamin Keadilan
Manajemen kompensasi selalu berupaya
agar keadilan internal dan eksternal dapat terwujud. Keadilan internal
mensyaratkan bahwa pembayaran dikaitkan dengan nilai relatif sebuah pekerjaan
sehingga pekerjaan yang sama dibayardengan besaran yang sama. Keadilan
eksternal berarti pembayaran terhadap pekerjaan merupakan yang dapat
dibandingkan dengan perusahaan lain di pasar kerja.
d.
Penghargaan terhadap
Perilaku yang Diinginkan
Pembayaran hendaknya memperkuat
perilaku yang diinginkan dan bertindak sebagai insentif untuk memperbaiki
perilaku di masa depan, rencana kompensasi efektif, menghargai kinerja,
ketaatan, pengalaman, tanggung jawab, dan perilaku-perilaku lainnya.
e.
Mengendalikan Biaya
Sistem kompensasi yang rasional
membantu perusahaan memperoleh dan mempertahankan para karyawan dengan biaya
yang beralasan. Tanpa manajemen kompensasi efektif, bisa jadi pekerja dibayar
di bawah atau di atas standar.
f.
Mengikuti Aturan Hukum
Sistem gaji dan upah yang sehat
mempertimbangkan faktor-faktor legal yang dikeluarkan pemerintah dan menjamin
pemenuhan kebutuhan karyawan.
g.
Memfasilitasi Pengertian
Sistem manajemen kompensasi
hendaknya dengan mudah dipahami oleh spesialis SDM, manajer operasi, dan para
karyawan.
h.
Meningkatkan Efisiensi
Administrasi
Program pengupahan dan penggajian
hendaknya dirancang untuk dapat dikelola dengan efisien, membuat sistem
informasi SDM optimal, meskipun tujuan ini hendaknya sebagai pertimbangan
sekunder dibandingkan dengan tujuan-tujuan lain.
III.
JENIS-JENIS KOMPENSASI YANG DIBERIKAN PADA KARYAWAN
Macam-Macam Kompensasi Yang
Diberikan Pada Karyawan
a)
Imbalan ektrinsik yang berbentuk
uang antara lain misalnya :
· Gaji : kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan atas
pelepasan tanggung jawab atas pekerjaan
· Upah : kompensasi dalam bentuk uang dibayarkan atas waktu
yang telah dipergunakan
· Honor : Imbalan jasa yang diberikan kepada seseorang.
· Bonus : Upah tambahan di luar gaji atau sebagai hadiah
atas hasil kerja seseorang.
· Komisi
· Insentif : merupakan imbalan langsung yang dibayarkan
kepada karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Insentif
merupakan bentuk lain dari upah langsung di luar upah dan gaji yang merupakan
kompensasi tetap, yang bisa disebut kompensasi berdasarkan kinerja (pay for
performance plan)
· upah, dll
b)
Imbalan ektrinsik yang bentuknya
sebagai benefit / tunjangan pelengkap contohnya seperti :
· uang cuti
· uang makan
· uang transportasi / antar jemput
· asuransi
·
jamsostek /
jaminan sosial tenaga kerja
·
uang pensiun
·
rekreasi
·
beasiswa melanjutkan kuliah, dsb
c)
Imbalan Intrinsik
Imbalan dalam bentuk intrinsik yang tidak
berbentuk fisik dan hanya dapat dirasakan berupa kelangsungan pekerjaan,
jenjang karir yang jelas, kondisi lingkungan kerja, pekerjaan yang menarik, dan
lain-lain.
Menurut Wibowo (2007, h 134) dilihat dari
cara pemberiannya, kompensasi dapat merupakan kompensasi langsung dan
kompensasi tidak langsung. Kompensasi langsung merupakan kompensasi manajemen
seperti upah dan gaji atau pay for performance, seperti insentif dan gain
sharing. Sementara
itu, kompensasi tidak langsung dapat berupa tunjangan atau jaminan keamanan dan
kesehatan. Pemberian kompensasi dapat terjadi tanpa ada kaitannya dengan
prestasi, seperti upah dan gaji.
Namun, kompensasi dapat
pula diberikan dalam bentuk insentif, yang merupakan kontra prestasi di luar
upah atau gaji, dan mempunyai hubungan dengan prestasi sehingga digunakan pula
sebagai pay for performance atau pembayaran atas prestasi. Apabila upah dan
gaji diberikan sebagai kontra prestasi atas kinerja standar pekerja, dalam
insentif merupakan tambahan kompensasi atas kinerja di atas standar yang
ditentukan. Adanya insentif diharapkan menjadi faktor pendorong untuk
meningkatkan prestasi kerja di atas standar.
Di samping upah
dan insentif, kepada pekerja dapat diberikan rangsangan lain berupa penghargaan
atau reward. Perbedaan antara insentif dan reward adalah insentif bersifat
memberi motivasi agar pekerja lebih meningkatkan prestasinya, pada reward,
atasan memberikan penghargaan tambahan lain kepada pekerja.Bentuk kompensaasi
berupa tunjangan, yang pada umumnya tidak dikaitkan dengan prestasi kerja.
Tunjangan lebih banyak dikaitkan dengan pemberian kesejahteraan dan penciptaan
kondisi kerja sehingga pekerja menjadi lebih merasa nyaman dan merasa mendapat
perhatian atasan.
IV. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KOMPENSASI
Menurut Drs. Malayu S.P.
Hasibuan (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi, antara
lain yaitu:
a.
Penawaran
dan permintaan tenaga kerja;
b.
Kemampuan
yang dan kesediaan perusahaan;
c.
Serikat buruh/organisai karyawan;
d.
Produktivitas kerja karyawan
e.
Pemerintah dengan undang-undang
dan kepresnya;
f.
Biaya hidup/cost of living,
g.
Posisi
jabatan karyawan;
h.
Pendidikan
dan pengalaman karyawan;
i.
Kondisi
perekonomian nasonal;
j.
Jenis dan
sifat pekerjaan;
Dari-uraian di atas dapat diketahui bahwa
penawaran dan permintaan akan tenaga kerja mempengaruhi program kompensasi, di
mana jika penawaran jumlah tenaga kerja langka gaji cenderung tinggi,
sebaliknya jika permintaan tenaga kerja yang berkurang/kesempatan kerja menjadi
langka, gaji cenderung rendah.
V. HUBUNGAN
EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
Evaluasi memenuhi
kebutuhan umpan balik bagi pekerja tentang bagaimana pandangan organisasi
terhadap kinerjanya. Selanjutnya, evaluasi kinerja dipergunakan sebagai dasar
untuk mengalokasi reward. Keputusan tentang siapa yang mendapatkan kenaikan
upah, kompensasi dan reward lain yang sering dipertimbangkan melalui evaluasi
kinerja.
Melalui evaluasi kinerja
individu, dapat diketahui siapa yang memberikan kontribusi kecil dalam
pencapaian hasil akhir organisasi atau perusahaan. Pemberian imbalan
atau kompensasi yang adil haruslah didasarkan kepada kinerja atau kontribusi
setiap orang kepada perusahaan. Pekerja yang menampilkan evaluasi kinerja yang
tinggi patut diberi kompensasi, antara lain berupa: pemberian
penghargaan dan atau uang ; pemberian bonus yang lebih besar daripada pekerja
lain, dan atau percepatan kenaikan pangkat dan gaji.
Kompensasi sangat
penting bagi pegawai, hal ini karena kompensasi merupakan sumber penghasilan
bagi mereka dan keluarganya. Kompensasi juga menjadi suatu gambaran status
sosial seorang pegawai. Kompensasi yang sesuai juga akan menentukan apakah
pegawai akan tetap bertahan bekerja atau keluar dari tempatnya bekerja.
Pemberian kompensasi dimaksudkan agar pegawai dapat bekerja secara maksimal
sehingga menghasilkan kinerja yang optimal.
BAB IV
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Penilaian kinerja memang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian imbalan/kompensasi. Penilaian
kinerja dapat merupakan umpan balik atau masukan bagi organisasi untuk
menentukan langkah selanjutnya, misalnya memberitahukan kepada karyawan tentang
pandangan organisasi atas kinerja mereka.
Penilaian kinerja dapat digunakan
untuk mendeteksi kebutuhan pelatihan karyawan, yakni pelatihan apakah yang
sebenarnya dibutuhkan oleh karyawan agar kenerja organisasi dapat optimal.
Penilaian kinerja juga dapat digunakan untyuk menilai apakah pelatihan yang
pernah diadakan efektiv atau tidak. Hasil dari penilaian kinerja dapat membantu
manajer untuk mengambil keputusan siapa yang layak dipromosikan, dipertahankan,
atau bahkan harus dikeluarkan dari organisasi.
Penilaian kinerja dapat digunakan
untuk membuat sebuah perencanaan (pengembangan) SDM, untuk mengidentifikasi
siapa layak duduk dimana, dengan tingkat gaji berapa. Diluar daripada itu,
perusahaan melaksanakan evaluasi/penilaian kinerja kadang juga bertujuan untuk
melaksanakan riset saja.
Kompensasi adalah seluruh imbalan
yang diterima karyawan atas hasil kerja karyawan tersebut pada organisasi.
Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang
berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai
pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian. Kompensasi merupakan biaya
utama atas keahlian atau pekerjaan dan kesetiaan dalam bisnis perusahaan pada
abad ke-21 ini.
Secara umum tujuan kompensasi adalah
untuk membantu perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan
menjamin terciptanya keadilan internal dan ekternal. Keadilan eksternal
menjamin bahwa pekerjaan-pekerjaan akan dikompensasi secara adil dengan
membandingkan pekerjaan yang sama di pasar kerja. Kadang-kadang tujuan ini bisa
menimbulkan konflik satu sama lainnya, dan trade-offs harus terjadi. Misalnya,
untuk mempertahankan karyawan dan menjamin keadilan, hasil analisis upah dan
gaji merekomendasikan pembayaran jumlah yang sama untuk pekerjaan-pekerjaan
yang sama.
II. SARAN
Di dalam suatu
perusahaan atau organisasi perlu di adakan evaluasi kinerja yang optimal agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemberian kompensasi kepada pegawai atau
karyawan. Karena apabila terjadi kesalahan dalam penilaian kinerja yang secara
langsung berdampak pada pemberian kompensasi akan membuat karyawan merasa tidak betah yang berujung
pada penurunan kinerja pegawai, pada akhirnya perusahaan atau organisasi akan
menjadi dirugikan. MSDM
sangat diperlukan di dalam suatu perusahan atau organisasi, termasuk di
dalamnya adalah evaluasi kinerja dan pemberian kompensasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ika UT,2009.
“Makalah Evaluasi Kinerja 1” Ikatan
Alumni Universitas Terbuka Jakarta. http://ika-utjakarta.blogspot.com/2009/11/makalah-evaluasi-kinerja-1.html (diakses 30 September 2013).
Dewitri,2011. “Kompensasi
dan Evaluasi Kinerja” Manajemen SDM Lanjutan http://dewiramli.blogspot.com/2011/11/kompensasi-dan-evaluasi-kinerja.html
(diakses 30 September 2013)
Prassetya Aridha,2009. “Pengaruh Antara Kompensasi dan Gaji ”. Papan Putih Kuliah Umum
Online. http://www.papanputih.com/2010/12/evaluasi-kinerja.html (diakses
30 September 2013).
Spectra Jumadi Madi,2012. “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan”. Perpustakaan Ilmu. http://jumadibismillahsukses.blogspot.com/2012/12/pengaruh-kompensasi-terhadap-kinerja.html (diakses
30 September 2013).
Azmi Haral,2012. “Makalah
Kompensasi”. Teorinya Manajemen. http://blogharalazmi.blogspot.com/2012/06/makalah-kompensasi.html (diakses
30 September 2013).
Dr. Priyono, MM,2013. “Tugas Makalah MSDM I Evaluasi Kinerja”. http://priyonodr.com/index.php/arsip-tugas-mahasiswa/metode-penelitian/penelitian-kualitatif/1463-tugas-makalah-msdm-i-evaluasi-kinerja.html?showall=1
(diakses 30 September 2013).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
terimakasih kaka sangat ngebantu tugas ak.
Thanks a lot kaaa, semoga ilmunya terus bermanfaat yaa Aamiin...
Posting Komentar